Pengetahuan Pengobat Tradisional Dalam Melakukan Terapi Alternatif Pengobatan Katandu (Bekam Bambu) di Kecamatan Tongkuno Selatan Kabupaten Muna
DOI:
https://doi.org/10.62504/42yrz953Keywords:
Katandu, terapi alternatifAbstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan pengobat tradisional dalam melakukan terapi alternatif pengobatan katandu (bekam bambu) di Kecamatan Tongkuno Selatan. Informan dalam penelitian ini pengobat yang telah menjadi pelaku terapi alternatif pengobatan katandu, yang ditentukan dengan cara purposive sampling dengan teknik analisis data kualitatif. Hasil penelitian ini telah memberikan gambaran tentang pengetahuan pengobat tradisional dalam melakukan terapi alternatif pengobatan katandu (bekam bambu) yakni 1) Pengetahuan dalam memilih bambu sebagai tabung penyedot darah kotor didasarkan pada beberapa pertimbangan yaitu: a) Jenis bambu, b) Umur bambu, c) Ketebalan bambu, d) Ukuran Bambu dengan panjang 7-8 cm dan diameter kisaran 0,5 cm. 2) Pengetahuan dalam melakukan penyedotan darah kotor, bambu yang telah disiapkan akan dipanaskan terlebih dahulu secara cukup kemudian bambu akan ditempelkan pada titik yang telah ditentukan, sehingga udara panas terperangkap dalam ruang volume bambu tetapi posisi permukaan kulit tidak langsung tersedot oleh bambu tersebut, namun harus dibantu dengan membasahi air pada ujung bambu sehingga secara spontan permukaan kulit akan tersedot. Proses penyedotan darah selama 2-3 menit. Pada saat proses penyedotan darah, tidak diperbolehkan untuk menanggalkan bambu yang telah ditempelkan pada kulit sebab dapat menyebabkan darah yang disedot tidak keluar dengan maksimal. 3) Pengetahuan dalam menjaga kesterilan alat yakni tabung bambu dilakukan proses pemanasan pada bara yang ada pada tungku tradisional yang telah disiapkan. Pemanasan tersebut secara langsung dapat menghilangkan dan membunuh setiap bakteri dan virus yang melekat pada bambu tersebut, 4) Pengetahuan dalam menentukan titik permukaan kulit sebagai obyek pengobatan katandu merujuk pada pengetahuan yang disampaikan dari turun temurun yakni tergantung pada keluhan yang disampaikan oleh pasien. kondisi pasien dalam melakukan katandu terbagi atas pasien dalam kondisi sakit dan pasien dalam kondisi yang hanya akan melakukan terapi dan pemeliharaan kesehatan. Titik yang biasa ditempatkan untuk melakukan katandu adalah pada bagian betis, punggung kaki, betis, punggung dan dibagian samping mata kiri-kanan. Pengetahuan dalam menentukan model permukaan alat tajam yang digunakan sebagai alat katandu, 5) Pengetahuan dalam menentukan model permukaan alat tajam (pisau) yang digunakan sebagai alat katandu. Ujung pisau yang digunakan dalam terapi alternatif pengobatan katandu (bekam bambu) dibuat agak lonjong agar pada saat dilakukan penyayatan pada permukaan kulit tidak akan menimbulkan luka yang dalam. Obyek titik katandu tidak boleh dilakukan lebih dari satu sayatan bahkan tidak dapat dilakukan pengulangan sayatan pada luka yang sama sehingga penting untuk dilakukan secara hati-hati dan membutuhkan pengetahuan dan tindakan professional.
Downloads
References
Anderson., Foster. 2006. Antropologi Kesehatan. Jakarta : UI Press
Asmino, P. 1995. Pengalaman Peribadi dengan Pengobatan Alternatif. Jakarta: Airlangga University Press.
Jangawa, M. 2007. Challenges and opportunities in the protection and preservation of indigenous knowledge in Africa.
Luthviantin, Novia 2015. Mantra untuk penyembuhan dalam tradisi suku osing banyuwangi. Jurnal Universitas Jember.
Majid, B. 2009. Mujarab! Tekhnik Penyembuhan Penyakit Dengan Bekam. Jakarta: PT. Buku Kita.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Wagiran, dkk. 2010. Pengembangan Model Pendidikan Kearifan Lokal di Wilayah Provinsi DIY dalam Mendukung Perwujudan Visi Pembangunan DIY menuju Tahun 2025 (Tahun Kedua). Penelitian Yogyakarta: Biro Administrasi Pembangunan.
Widada, W. (2011). Terapi Bekam Sebagai Solusi Cerdas Mengatasi Radikal Bebas Akibat Rokok. Bandung: Lubuk Agung
Downloads
Published
Issue
Section
License
Copyright (c) 2023 Agus Rihu, La Ode Marhini, Kiki Reski Wulandari (Author)

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.