Pandangan Hukum Islam Terhadap Tradisi Kawin Lari (Silariang) Pada Masyarakat Bugis-Makassar

Authors

  • Dyah Auliah Rachma Ruslan Universitas Pattimura, Ambon, Indonesia Author

DOI:

https://doi.org/10.62504/jsi1398

Keywords:

Hukum islam, silariang, budaya Bugis-Makassar, Siri’ na pacce

Abstract

Tradisi silariang atau kawin lari merupakan fenomena sosial yang masih ditemukan di kalangan masyarakat Bugis-Makassar. Praktik ini biasanya dilakukan oleh pasangan yang tidak memperoleh restu dari pihak keluarga, khususnya wali perempuan. Dalam perspektif hukum Islam, perkawinan tanpa wali dianggap tidak sah, sedangkan dalam adat Bugis-Makassar, silariang dipandang sebagai pelanggaran terhadap nilai siri’ (harga diri) keluarga. Artikel ini bertujuan untuk menganalisis pandangan hukum Islam terhadap praktik silariang serta menelaah bagaimana nilai-nilai adat Bugis-Makassar mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap praktik tersebut. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi literatur dan wawancara mendalam terhadap tokoh agama dan tokoh adat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik silariang bertentangan dengan hukum Islam karena tidak memenuhi rukun dan syarat nikah, namun dalam masyarakat Bugis-Makassar, penyelesaiannya sering dilakukan melalui mekanisme adat berupa mappettu ada atau rekonsiliasi keluarga untuk mengembalikan kehormatan dan harmoni sosial.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Astuti, R., Rahman, H., & Fadhilah, N. (2024). Cultural adaptation and social change among Bugis-Makassar youth: Marriage and family values in modern Indonesia. Journal of Southeast Asian Cultural Studies, 8(2), 112–129.

Creswell, J. W., & Poth, C. N. (2021). Qualitative inquiry and research design: Choosing among five approaches (4th ed.). SAGE Publications.

Etikan, I. (2020). Sampling and sampling methods in qualitative research. Journal of Educational and Social Research, 10(4), 35–45.

Fathurrahman, M., Syamsuddin, A., & Nuraini, S. (2024). Legal pluralism in Indonesia: Interaction between Islamic law, customary law, and state law. Indonesian Journal of Law and Society, 5(1), 45–66.

Idrus, N., Wahyuni, D., & Amiruddin, H. (2023). Negotiating marriage norms: Islamic law and Bugis-Makassar cultural traditions. Al-Ijtihad: Journal of Islamic Legal Studies, 14(1), 78–96.

Kvale, S., & Brinkmann, S. (2021). InterViews: Learning the craft of qualitative research interviewing (3rd ed.). SAGE Publications.

Miles, M. B., Huberman, A. M., & Saldaña, J. (2020). Qualitative data analysis: A methods sourcebook (4th ed.). SAGE Publications.

Reski, R. (2023). Islamic marriage law and administrative challenges in South Sulawesi. Al-Ahkam: Jurnal Ilmu Syariah, 33(2), 245–263.

Rosmayanti, S., Arifuddin, M., & Latief, A. (2024). Maqasid al-shariah and local traditions: Harmonizing Islamic law with Bugis cultural values. Journal of Islamic and Local Studies, 9(1), 55–71.

Salle, A., & Wahab, M. (2022). Religious authority and marriage legitimacy: The role of ulama in Bugis-Makassar society. Jurnal Al-Qadha: Journal of Islamic Family Law, 10(2), 123–141.

Silver, C., & Woolf, N. H. (2023). Qualitative analysis using NVivo: The five-level QDA method (2nd ed.). Routledge.

Sunniati, N., Baharuddin, R., & Hasyim, S. (2023). Customary law and Islamic legal perspectives on marriage practices in South Sulawesi. Indonesian Journal of Islamic Law and Society, 7(3), 201–220.

Yasmin, L. (2020). Local dispute resolution and the role of customary institutions in South Sulawesi. Indonesian Journal of Social and Cultural Research, 12(1), 89–104.

Published

2025-11-14

Issue

Section

Articles

How to Cite

Pandangan Hukum Islam Terhadap Tradisi Kawin Lari (Silariang) Pada Masyarakat Bugis-Makassar. (2025). Journal of Scientific Interdisciplinary, 2(6), 1-9. https://doi.org/10.62504/jsi1398