Epistemologi Irfani Dalam Tradisi Pemikiran Islam

Authors

  • Imroatul Ma'rifah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Author
  • Sudirman UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Author

DOI:

https://doi.org/10.62504/jimr1146

Keywords:

Epistemologi irfani, tradisi, pemikiran islam

Abstract

Pada masa dominasi positivisme dalam ilmu pengetahuan, pendekatan irfani dianggap kurang dapat diterima. Namun, perkembangan filsafat ilmu modern, seperti gagasan Paul Feyerabend, membuka peluang bagi berbagai metode untuk digunakan. Dalam penelitian ini, pendekatan kajian literatur dipilih sebagai metode utama oleh peneliti. Irfani dapat dicapai oleh siapa saja yang menjalani perjalanan spiritual. Lebih dari sekadar pendekatan epistemologis, irfani merupakan pengalaman batin yang mendalam, yang dianggap sebagai bagian penting dari kekayaan spiritual Islam dan perlu dihargai untuk memperbaiki praktik keislaman itu sendiri. Melalui metode irfani, individu didorong untuk mendekatkan diri kepada Allah Yang Maha Benar (al-Haqq). Realitas bukan sekadar sesuatu yang ditemukan, melainkan sesuatu yang dicapai. Pemahaman tentang realitas tercapai ketika para ‘arif melakukan perjalanan spiritual untuk mendekat kepada Yang Mahabenar, baik melalui cara ittihad dan hulul, maupun melalui maqom mukasyafah (penyingkapan) terhadap hakikat-Nya. Dengan membersihkan jiwa, para ‘arif memperoleh pemahaman tentang-Nya, yang kemudian memungkinkan mereka untuk mengerti realitas yang dapat dijangkau oleh panca indera dan nalar. Dalam tradisi pemikiran Islam, epistemologi irfani adalah studi tentang pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman spiritual atau batiniah yang mendalam, dengan fokus pada makrifah atau pencerahan sebagai bentuk pengetahuan tertinggi. Tujuan dari artikel ini adalah untuk mengkaji konsep epistemologi irfani dalam konteks tradisi pemikiran Islam, menggali teori-teori utama, dan menyoroti kontribusi tokoh-tokoh penting dalam pengembangannya, seperti Ibn Arabi, Al-Ghazali, dan Jalaluddin Rumi. Epistemologi irfani berbeda dengan epistemologi rasionalis dan empiris karena bergantung pada pengalaman mistik dan intuisi yang melampaui batasan logika dan indera manusia. Epistemologi irfani menawarkan pendekatan komprehensif dalam memahami apa itu pengetahuan, Tuhan, dan eksistensi manusia dengan mengintegrasikan perspektif rasional dan spiritual.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Akhtar, Shabbir, Islam and the Modern World: A Search for the Soul of Islam (New York: Oxford University Press, 2002).

Al-Ghazali, Abu Hamid. Ihya Ulum al-Din.

Al-Qushayri, Abdulkarim, Al-Risalah (Beirut: Dar al-Bashair, 2001).

Al-Qusyairi (w.1072) mencatat ada 49 tahapan yang harus dilalui, Abi Said ibn Abu alKhair mencatat 40 tahapan, Abu Nashr al-Tusi mencatat 7 tingkatan, sedang Thabathabai menulis 24 jenjang. Lihat, al-Qusyairi, al-Risalah, ( Beirut, Dar al-khair,tt), 89-350, Husein Nashr, Tasawuf Dulu & Sekarang, terj. Abd Hadi, (Jakarta, Pustaka Firdaus,1994), 89-96, Muthahhari, menapak Jalan Spiritual, terj. Nasrullah, ( Bandung, Pustaka Hidayah, 1997), 120-155.

Aslan, ‘Pumping Teacher Dalam Tantangan Pendidikan Abad 21 INFORMASI ARTIKEL’, Journal Muallimuna, 2.2 (2017), 89–100.

Chittick, William C., The Self-Disclosure of God: Principles of Ibn al-‘Arabi's Cosmology (Albany: State University of New York Press, 1998).

Chittick, William C., The Sufi Path of Knowledge: Ibn al-‘Arabi's Metaphysics of Imagination (Albany: State University of New York Press, 1989).

Ibn Arabi, Fusus al-Hikam (Beirut: Dar al-Maktabah al-Ilmiyyah, 2001).

Ibn Arabi, Muhyiddin. Fusus al-Hikam.

Jafari, Muhammad, The Qur’an and the Path of the Mystic (Tehran: World Islamic Propagation Organization, 1993).

Knysh, Alexander, Islamic Mysticism: A Short History (Leiden: Brill, 2000).

M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an tentang Epistemologi, www.i.epistemology.net, (5-12-2009).

M. Zainuddin, M.A. 2006. Filsafat Ilmu: Perspektif Pemikiran Islam. Cetakan Pertama.Lintas Pustaka Jakarta.

Mehdi Hairi Yazdi, Ilmu Hudhuri, terj. Ahsin Muhammad, (Bandung, Mizan, 1994), hal. 51-53. Uraian tentang Kasyf, lihat al-Qusyairi, al-Risalah, hal. 75.

Mehdi Yazdi, Ilmu Hudhuri, hal. 245-268, William James, The Verievities of Religius Experience, (New York, 1936), hal. 271-72, Steven K. Katz, Mysticism and Philosophical Analysis, (London, Sheldon Press, 1998), hal. 23

Muhammad al-Ghazali, The Niche of Lights (London: The Islamic Text Society, 2000).

Mulyadhi Kartanegara, Menyibak Tirai Kejahilan, Pengantar Epistemologi Islam (Cet. I; Bandung: Mizan, 2003), hal. 60-61.

Mulyadhi Kartanegara.2003. Menyibak Tirai Kejahilan, Pengantar Epistemologi Islam Cet. I. Mizan Bandung.

Nasr, Seyyed Hossein. Islamic Philosophy from Its Origin to the Present: Philosophy in the Land of Prophecy.

QS: Al-Kahfi: 65.

Rumi, Jalaluddin, Divan-e-Shams-e-Tabrizi (Tehran: Tahuri Press, 1991).

Rumi, Jalaluddin. Masnavi-ye Ma'navi.

Schimmel, Annemarie, Mystical Dimensions of Islam (Chapel Hill: University of North Carolina Press, 1975).

Smith, Margaret, Rumi: The Way of Love (Boston: Shambhala, 1994).

Suparlan Suhartono.2008. Fisafat Ilmu pengetahuan. Cetakan 1. Ar-Ruzz Media:: Yogyakarta. Steven K. Katz. 1998. Mysticism and Philosophical Analysis. Sheldon Press: London.

Published

15-01-2025

How to Cite

Epistemologi Irfani Dalam Tradisi Pemikiran Islam. (2025). Journal of International Multidisciplinary Research, 3(1), 165-172. https://doi.org/10.62504/jimr1146

Similar Articles

21-30 of 268

You may also start an advanced similarity search for this article.